- Back to Home »
 - PERKEMBANGAN PLC
 
Posted by : Unknown
Selasa, 30 April 2013
 
1.     
Sejarah
Awal Perkembangan PLC
Secara historis, PLC pertama kali dirancang oleh perusahaan General
Motor (GM) sekitar tahun 1968 untuk menggantikan control relay pada proses sekuensial yang dirasakan tidak fleksibel
dan berbiaya tinggi. Pada saat itu, hasil rancangan telah benar-benar berbasis
komponen solid state dan memiliki
fleksibilitas tinggi, hanya secara fungsional masih terbatas pada fungsi-fungsi
kontrol relay saja.
            Seiring perkembangan teknologi solid state, saat ini PLC telah
mengalami perkembangan luar biasa, baik dari ukuran, kepadatan komponen serta
dari segi fungsionalnya. Beberapa peningkatan perangkat keras dan perangkat
lunak ini antara lain adalah:
\    
Ukuran semakin kecil dan kompak.
\    
Jumlah input/output yang semakin banyak dan
padat.
\    
Beberapa jenis dan tipe PLC dilengkapi dengan
modul-modul untuk tujuan kontrol kontinu, misalnya modul ADC/DAC, PID, modul
Fuzzy, dan lain-lain.
\    
Pemrograman relatif semakin mudah. Hal ini
terkait dengan perangkat lunak pemrograman yang semakin bersahabat dengan
pengguna (user friendly).
\    
Memiliki kemampuan komunikasi dan sistem
dokumentasi yang semakin baik.
\    
Jenis instruksi/fungsi semakin banyak dan
lengkap.
\    
Waktu eksekusi program semakin cepat.
Saat kebutuhan produksi berubah maka demikian pula dengan sistem
kontrol-nya. Hal ini menjadi sangat mahal jika perubahannya terlalu sering.
Karena relai merupakan alat mekanik, maka, tentu saja, memiliki umur hidup atau
masa penggunaan yang terbatas, yang akhirnya membutuhkan jadwal perawatan yang
ketat. Pelacakan kerusakan atau kesalahan menjadi cukup membosankan jika banyak
relai yang digunakan. Bayangkan saja sebuah panel kontrol yang dilengkapi
dengan monitor ratusan hingga ribuan relai yang terkandung pada sistem kontrol
tersebut. lihat gambar 1, bagaimana kompleks-nya melakukan pengkabelan pada
relai-relai tersebut, Bayangkan saja hal ini. 
Gambar 2.1.  Rangkaian Relai komplek
Dengan demikian "pengontrol baru" ( the new controller) ini
harus memudahkan para teknisi perawatan dan teknisi lapangan melakukan
pemrograman. Umur alat harus menjadi lebih panjang dan program proses dapat
dimodifikasi atau dirubah dengan lebih mudah. Serta harus mampu bertahan dalam
lingkungan industri yang keras. Jawabannya ? Penggunaan teknik pemrograman yang
sudah banyak digunakan (masalah kebiasaan dan pada dasarnya bahwa 'people do
not like to change') dan mengganti bagian-bagian mekanik dengan teknologi
solid-state  (IC atau mikroelektronika
atau sejenisnya).
 Pada pertengahan tahun 1970-an,
teknologi PLC yang dominan adalah sekuenser mesin-kondisi dan CPU berbasis  bit-slice. Prosesor AMD 2901 dan 2903 cukup
populer digunakan dalam MODICON dan PLC A-B. Mikroprosesor konvensional
kekurangan daya dalam menyelesaikan secara cepat logika PLC untuk semua PLC,
kecuali PLC kecil. Setelah mikroprosesor konvensional mengalami perbaikan dan
pengembangan, PLC yang besar-besar mulai banyak menggunakan-nya. Bagaimanapun
juga, hingga saat ini ada yang masih berbasis pada AMD 2903. Kemampuan
komunikasi pada PLC mulai muncul pada awal-awal tahun 1973. Sistem yang pertama
adalah Modbus-nya MODICON. Dengan demikian PLC bisa berkomunikasi dengan PLC
lain dan bisa ditempatkan  lebih jauh
dari lokasi mesin sesungguhnya yang dikontrol. Sekarang kemampuan komunikasi
ini dapat digunakan untuk mengirimkan dan menerima berbagai macam tegangan
untuk membolehkan dunia analog ikut terlibat. Sayangnya, kurangnya standarisasi
mengakibatkan komunikasi PLC menjadi mimpi buruk untuk protokol-protokol dan
jaringa-jaringan yang tidak kompatibel. Tetapi bagaimanapun juga, saat itu
merupakan tahun yang hebat untuk PLC. 
Gambar 2.2 Prosesor AMD 2901                            Gambar 2.3  MEDICON 084
            Pada
tahun 1980-an dilakukan usaha untuk menstandarisasi komunikasi dengan protokol
otomasi pabrik milik General Motor (General Motor's Manufacturring Automation
Protocol (MAP)). Juga merupakan waktu untuk memperkecil ukuran PLC dan
pembuatan perangkat lunak pemrograman melalui pemprograman simbolik dengan
komputer PC daripada terminal pemprogram atau penggunaan pemrogram genggam (
handled programmer). Sekarang PLC terkecil seukuran dengan sebuah kontrol relai
tunggal (seperti produk ZEN Programmable Relay dari Omron).
Gambar 2.4 ZEN Programmable Relay
 Tahun 1990- dilakukan reduksi
protokol baru dan modernisasi lapisan f isik dari protokol-protokol populer
yang bertahan pada tahun 1980-an. Standar terakhir (IEC 1131-3), bisa diakses
di  http://www.plcopen.org/default.htm )
berusaha untuk menggabungkan bahasa pemrograman PLC dibawah satu standar
internasional. Sekarang bisa dijumpai PLC-PLC yang diprogram dalam diagram
fungsi blok, daftar instruksi, C dan teks terstruktur pada saat bersamaan.
Dewasa ini, vendor-vendor PLC umumnya memproduksi PLC dengan berbagai
ukuran, jumlah input/output, instruksi dan kemampuan lainnya yang beragam. Hal
ini pada dasarnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang sangat luas,
yaitu untuk tujuan kontrol yang relatif sederhana dengan jumlah input/output
puluhan, sampai kontrol yang kompleks dengan jumlah input/output mencapai
ribuan.
2.     
Pengertian
PLC
        Programmable Logic Controllers (PLC)
adalah komputer elektronik yang mudah digunakan (user friendly) yang memiliki
fungsi kendali untuk berbagai tipe dan tingkat kesulitan yang beraneka ragam
[2].
Definisi Programmable Logic Controller menurut Capiel (1982) adalah :sistem elektronik yang beroperasi secara dijital dan didisain untuk pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori yang dapat diprogram untuk penyimpanan secara internal instruksi-instruksi yang mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan, pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses melalui modul-modul I/O digital maupun analog [3].
Definisi Programmable Logic Controller menurut Capiel (1982) adalah :sistem elektronik yang beroperasi secara dijital dan didisain untuk pemakaian di lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori yang dapat diprogram untuk penyimpanan secara internal instruksi-instruksi yang mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan, pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses melalui modul-modul I/O digital maupun analog [3].
Berdasarkan namanya konsep PLC adalah sebagai
berikut :
1.     
Programmable, menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk
menyimpan program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau
kegunaannya.
2.     
Logic, menunjukkan kemampuan dalam memproses input
secara aritmatik dan logic (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan,
menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain
sebagainya.
3.     
Controller, menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan
mengatur proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.
PLC ini dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay sequensial dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat dikendalikan, dan dioperasikan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara khusus. PLC ini memiliki bahasa pemrograman yang mudah dipahami dan dapat dioperasikan bila program yang telah dibuat dengan menggunakan software yang sesuai dengan jenis PLC yang digunakan sudah dimasukkan.Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada dan tergantung dari keadaan pada suatu waktu tertentu yang kemudian akan meng-ON atau meng-OFF kan output-output. 1 menunjukkan bahwa keadaan yang diharapkan terpenuhi sedangkan 0 berarti keadaan yang diharapkan tidak terpenuhi. PLC juga dapat diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki output banyak.
PLC ini dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay sequensial dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat dikendalikan, dan dioperasikan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara khusus. PLC ini memiliki bahasa pemrograman yang mudah dipahami dan dapat dioperasikan bila program yang telah dibuat dengan menggunakan software yang sesuai dengan jenis PLC yang digunakan sudah dimasukkan.Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada dan tergantung dari keadaan pada suatu waktu tertentu yang kemudian akan meng-ON atau meng-OFF kan output-output. 1 menunjukkan bahwa keadaan yang diharapkan terpenuhi sedangkan 0 berarti keadaan yang diharapkan tidak terpenuhi. PLC juga dapat diterapkan untuk pengendalian sistem yang memiliki output banyak.
  Fungsi dan kegunaan PLC sangat luas. Dalam
prakteknya PLC dapat   dibagi secara umum
dan secara khusus [4].
  Secara umum fungsi PLC adalah sebagai
berikut:
1. Sekuensial Control. PLC memproses input sinyal
biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara
berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua step atau langkah dalam
proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
2. Monitoring Plant. PLC secara terus menerus
memonitor status suatu sistem (misalnya temperatur, tekanan, tingkat
ketinggian) dan mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses
yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan
tersebut pada operator. 
Sedangkan
fungsi PLC secara khusus adalah dapat memberikan input ke CNC (Computerized
Numerical Control). Beberapa PLC dapat memberikan input ke CNC untuk
kepentingan pemrosesan lebih lanjut. CNC bila dibandingkan dengan PLC mempunyai
ketelitian yang lebih tinggi dan lebih mahal harganya. CNC biasanya dipakai
untuk proses finishing, membentuk benda kerja, moulding dan sebagainya.
Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal
masukan proses yang dikendalikan lalu melakukan serangkaian instruksi logika
terhadap sinyal masukan tersebut sesuai dengan program yang tersimpan dalam
memori lalu menghasilkan sinyal keluaran untuk mengendalikan aktuator atau
peralatan lainnya.
3.     
Sistem
Kendali Konvesional
            Sistem kendali proses dalam dunia
industri senantiasa berkembang seiring dengan semakin meningkatnya jumlah
produksi barang yang harus dihasilkan. Mesin-mesin yang digunakan untuk
melakukan proses produksi, pada umumnya digerakkan oleh motor listrik. 
            Pada awalnya pengendalian
mesin-mesin industri yang digerakkan oleh motor listrik masih menggunakan
saklar-saklar biasa yang dioperasikan secara langsung oleh tangan manusia, atau
yang lebih dikenal dengan sistem manual. Kenyataannya, sistem manual kurang
handal dan tidak fleksibel. Untuk itulah para ahli dan praktisi di dunia
industri secara berkesinambungan melakukan percobaan dan riset dalam rangka
menciptakan suatu sistem kendali yang dapat melaksanakan proses produksi dengan
lebih efisien, praktis, dan otomatis. Seiring dengan berjalannya waktu, sistem
manual mulai ditinggalakan dan selanjutnya digantikan dengan sistem yang
menggunakan rele. Pengoperasian peralatan yang membutuhkan daya listrik yang
relatif lebih besar, dapat dilakukukan dengan mencatu daya listrik yang relatif
rendah pada sebuah relley. Selanjutnya dengan kombinasi berbagai jenis relley,
dapat dibentuk suatu sistem kendali yang melaksanakan suatu proses yang
spesifik. Sistem inilah yang dikenal dengan sistem kendali konvensional.
4.     
Pengendalian
PLC
Gambar
2.5  I/O dan pemrograman Ladder
dengan PC
            Untuk  mengetahui  dasar  kerja  PC  diberikan  contoh  pada  gambar  ,  yaitu  dasar pemrograman  dengan  ladder,  sehingga  akan  mudah  dipahami  bagaimana  merancang suatu program mengenai
relay dan switch
yang selanjutnya dimasukkan ke memory PC
dengan memakai console atau download dengan personal komputer.
5.      Tipe-Tipe PLC
            Pada masa kini PLC dibagi menjadi
beberapa tipe yang dibedakan berdasarkan ukuran dan kemampuannya. Dan PLC dapat
dibagi menjadi jenis-jenis berikut
1.      Tipe compact
Ciri –
ciri PLC jenis ini ialah : 
a.    Seluruh
komponen (power supply, CPU, modul input – output, modul komunikasi) menjadi
satu  
b.    Umumnya
berukuran kecil (compact)  
c.    Mempunyai
jumlah input/output relatif sedikit dan tidak dapat diexpand  
d.    Tidak
dapat ditambah modul – modul khusus
Berikut ini contoh PLC compact dari Allen Bradley.
Gambar 2.6  PLC compact Micro Logix dari Allen Bradley
Sumber : Allen Braley, PLC MicroLogix Catalogue
2.      Tipe modular
Ciri –
ciri PLC jenis ini ialah :
a.    Komponen
– komponennya terpisah ke dalam modul – modul 
b.    Berukuran
besar  
c.    Memungkinkan
untuk ekspansi jumlah  input /output
(sehingga jumlah lebih banyak) 
d.    Memungkinkan
penambahan modul – modul khusus
Berikut ini contoh PLC modular dari
Omron.
Gambar 2.7  PLC modular dari Omron
Sumber : OMRON, Programmable Controllers, (OMRON :
2004)
6.     
Komponen-komponen
PLC
            PLC sesungguhnya merupakan sistem
mikrokontroler khusus untuk industri, artinya seperangkat perangkat lunak dan
keras yang diadaptasi untuk keperluan aplikasi dalam dunia industri.
Elemen-elemen dasar sebuah PLC ditunjukkan pada gambar berikut
Gambar 2.8   Hubungan PLC dengan peralatan lain
Sumber
: Kilian, Christopher T, Modern Control Technology, (West Publishing Co : 1996)
1.      Unit
Pengolah Pusat (CPU - Centarl Processing Unit)
            Unit pengolah pusat atau CPU
merupakan otak dari sebuah kontroler PLC. CPU itu sendiri  biasanya 
merupakan  sebuah  mikrokontroler  (versi 
mini  mikrokontroler lengkap).
Pada awalnya merupakan mikrokontroler 8-bit seperti 8051, namun saat ini bisa
merupakan mikrokontroler 16 atau 32 bit. Biasanya untuk produk-produk PLC
buatan Jepang, mikrokontrolernya adalah Hitachi dan Fujitsu, sedangkan untuk
produk Eropa banyak menggunakan Siemens dan Motorola untuk produk- produk
Amerika. CPU ini juga menangani komunikasi dengan piranti eksternal,
interkonektivitas antar bagian-bagian internal PLC, eksekusi program, manajemen
memori, mengawasi atau mengamati masukan dan memberikan sinyal ke keluaran
(sesuai dengan proses atau program yang dijalankan). Kontroler PLC memiliki
suatu  rutin  kompleks 
yang  digunakan  untuk 
memeriksa  agar  dapat 
dipastikan memori PLC tidak rusak, hal ini dilakukan karena alasan keamanan.
Hal ini bisa dijumpai  dengan  adanya 
indikator  lampu  pada 
badan  PLC  sebagai 
indikator terjadinya kesalahan atau kerusakan.
2.      Memori
            Memori sistem (saat ini banyak yang
mengimplementasikan penggunaan teknologi flash) digunakan oleh PLC untuk sistem
kontrol proses. Selain berfungsi untuk menyimpan  "sistem 
operasi",  juga  digunakan untuk menyimpan program yang harus
dijalankan, dalam bentuk biner, hasil terjemahan diagram tangga yang dibuat
oleh pengguna atau pemrogram. Isi dari memori Flash tersebut dapat berubah
(bahkan dapat juga dikosongkan atau dihapus) jika memang dikehendaki seperti
itu. Tetapi yang jelas, dengan penggunaan teknologi Flash, proses penghapusan
dan  pengisian  kembali 
memori  dapat  dilakukan 
dengan  mudah  (dan 
cepat). Pemrograman  PLC,  biasanya, 
dilakukan  melalui  kanal 
serial  komputer  yang bersangkutan. Memori  pengguna dibagi menjadi beberapa blok yang
memiliki fungsi khusus. Beberapa 
bagian  memori  digunakan 
untuk  menyimpan  status 
masukan  dan keluaran. Status yang
sesungguhnya dari masukan maupun keluaran disimpan sebagai logika atau bilangan
'0' dan '1' (dalam lokasi bit memori tertentu). Masing- masing  masukan 
dan  keluaran  berkaitan 
dengan  sebuah  bit 
dalam  memori. Sedangkan  bagian 
lain  dari  memori 
digunakan  untuk  menyimpan 
isi  variabel- variabel yang
digunakan dalam program yang dituliskan. Misalnya, nilai pewaktu atau nilai
ppencacah bisa disimpan dalam bagian memori ini.
3.      Pemrograman
PLC
            Kontroler  PLC 
dapat  diprogram  melalui 
komputer,  tetapi  juga 
bisa  diprogram melalui  program 
manual,  yang  biasa 
disebut  dengan  konsol 
(console).  Untuk keperluan ini
dibutuhkan perangkat lunak, yang biasanya juga tergantung pada produk  PLC-nya. Dengan kata lain, masing-masing
produk PLC membutuhkan perangkat sendiri-sendiri.
            Saat 
ini  fasilitas  PLC 
dengan  komputer  sangat 
penting  sekali  artinya 
dalam pemrograman-ulang PLC dalam dunia industri. Sekali sistem diperbaiki,
program yang  benar  dan 
sesuai  harus  disimpan 
ke  dalam  PLC 
lagi.  Selain  itu 
perlu dilakukan  pemeriksaan  program 
PLC,  apakah  selama 
disimpan  tidak  terjadi perubahan atau sebaliknya, apakah
program sudah berjalan dengan benar atau tidak. Hal ini membantu untuk
menghindari situasi berbahaya dalam ruang produksi (pabrik), dalam hal ini
beberapa pabrik PLC telah membuat fasilitas dalam PLC- nya  berupa 
dukungan  terhadap  jaringan 
komunikasi,  yang  mampu 
melakukan pemeriksaan program sekaligus pengawasan secara rutin apakah
PLC bekerja dengan baik dan benar atau tidak.
            Hampir  semua 
produk  perangkat  lunak 
untuk  memprogram  PLC  memberikan
kebebasan berbagai macam pilihan seperti: memaksa suatu saklar (masukan atau
keluaran) bernilai ON atau OFF, melakukan pengawasan program (monitoring)
secara   real-time   termasuk  
pembuatan   dokumentasi   diagram  
tangga   yang bersangkutan.  Dokumentasi 
diagram  tangga  ini 
diperlukan  untuk  memahami program sekaligus dapat digunakan
untuk pelacakan kesalahan. Pemrogram dapat memberikan nama pada piranti masukan
dan keluaran, komentar-komentar pada blok 
diagram  dan  lain 
sebagainya.  Dengan  pemberian 
dokumentasi  maupun komentar  pada 
program,  maka  akan 
mudah  nantinya  dilakukan 
pembenahan (perbaikan  atau  modifikasi) 
program dan pemahaman terhadap kerja program diagram tangga tersebut.
4.      Catu
daya PLC
            Catu 
daya  listrik  digunakan 
untuk  memberikan  pasokan 
catu  daya  ke 
seluruh bagian PLC (termasuk CPU, memori dan lain-lain). Kebanyakan PLC
bekerja pada catu daya 24 VDC atau 220 VAC. Beberapa PLC catu dayanya terpisah
(sebagai modul tersendiri). Yang demikian biasanya merupakan PLC besar,
sedangkan yang   medium   atau  
kecil,   catu   dayanya  
sudah   menyatu.   Pengguna  
harus menentukan berapa besar arus yang diambil dari modul
keluaran/masukan untuk memastikan 
catu  daya  yang 
bersangkutan  menyediakan  sejumlah 
arus  yang memang dibutuhkan. Tipe
modul yang berbeda menyediakan sejumlah besar arus listrik yang berbeda.
            Catu 
daya  listrik  ini 
biasanya  tidak  digunakan 
untuk  memberikan  catu 
daya langsung  ke  masukan 
maupun  kelauran,  artinya 
masukan  dan  keluaran 
murni merupakan saklar (baik relai maupun opto isolator). Pengguna harus
menyediakan sendiri  catu  daya 
terpisah  untuk  masukan 
dan  keluaran  PLC. 
Dengan  cara demikian, maka
lingkungan industri dimana PLC digunakan tidak akan merusak PLC-nya itu sendiri
karena memiliki catu daya terpisah antara PLC dengan jalur- jalur masukan dan
keluaran.
5.      Masukan-masukan
PLC
            Kecerdasan  sebuah 
sistem  terotomasi  sangat 
tergantung  pada  kemampuan sebuah PLC untuk membaca sinyal
dari berbagai macam jenis sensor dan piranti- piranti masukan lainnya. untuk
mendeteksi proses atau kondisi atau status suatu keadaan atau proses yang
sedang terjadi, misalnya, berapa cacah barang yang sudah diproduksi, ketinggian
permukaan air, tekanan udara dan lain sebagainya, maka  dibutuhkan 
sensor-sensor  yang  tepat 
untuk  masing-masing  kondisi 
atau keadaan yang akan dideteksi tersebut. Dengan kata lain,
sinyal-sinyal masukan tersebut dapat berupa logik (ON atau OFF) maupun analog.
PLC  kecil biasanya hanya  memiliki  jalur 
masukan  digital  saja, 
sedangkan  yang  besar 
mampu menerima masukan analog melalui unit khusus yang terpadu dengan
PLC-nya. Salah satu sinyal analog yang sering dijumpai adalah sinyal arus 4
hingga 20mA (atau mV) yang diperoleh dari berbagai macam sensor.
            Lebih canggih lagi, peralatan lain
dapat dijadikan masukan untuk PLC, seperti citra dari kamera, robot (misalnya,
robot bisa mengirimkan sinyal ke PLC sebagai suatu informasi bahwa robot
tersebut telah selesai memindahkan  suatu
objek dan lain sebagainya) dan lain-lain.
6.      Pengaturan
atau Antarmuka Masukan
            Antarmuka masukan berada di antara
jalur masukan yang sesungguhnya dengan unit 
CPU.  Tujuannya  adalah 
melindungi  CPU  dari 
sinyal-sinyal  yang  tidak dikehendaki yang bisa merusak CPU itu sendiri.
Modul antar masukan ini berfungsi untuk mengkonversi atau mengubah
sinyal-sinyal masukan dari luar ke sinyal-sinyal yang sesuai dengan tegangan
kerja CPU yang bersangkutan (misalnya, masukan dari sensor dengan tegangan
kerja 24 VDC harus dikonversikan menjaid tegangan 5 VDC agar sesuai dengan
tegangan kerja CPU). Hal ini dengan mudah dilakukan menggunakan  rangkaian 
opto-isolator  sebagaimana  ditunjukkan 
pada  gambar berikut
Gambar 2.9 
rangkaian antarmuka masukan PLC
            Penggunaan opto-isolator artinya
tidak  ada hubungan kabel sama sekali
antara dunia luar dengan unit CPU. Secara 'optik' dipisahkan (perhatikan gambar
diatas), atau dengan kata lain, sinyal ditransmisikan melalui cahaya. Kerjanya
sederhana, piranti eksternal akan memberikan sinyal untuk menghidupkan LED
(dalam opto osilator), akibatnya photo transistor akan menerima cahaya dan akan
menghantarkan arus (ON), CPU akan melihatnya sebagai logika nol (catu antara
kolektor  dan  emitor 
drop  dibawah  1 
volt).  Begitu  juga 
sebaliknya,  saat  sinyal masukan tidak ada lagi, maka LED akan
mati dan photo transistor akan berhenti menghantar (OFF), CPU akan melihatnya
sebagai logika satu.
7.      Keluaran-keluaran
PLC
            sistem otomatis tidaklah lengkap
jika tidak ada fasilitas keluaran atau fasilitas untuk menghubungkan dengan
alat-alat eksternal (yang dikendalikan). Beberapa alat atau piranti yang banyak
digunakan adalah motor, selenoida, relai, lampu indikator, speaker dan lain
sebagainya. Keluaran ini dapat berupa analog maupun digital. Keluaran   digital  
bertingkah   seperti   sebuah  
saklar,   menghubungkan   dan memutuskan jalur. Keluaran analog
digunakan untuk menghasilkan sinyal analog (misalnya, perubahan tegangan untuk
pengendalian motor secara regulasi linear sehingga diperoleh kecepatan putar
tertentu).
8.      Pengaturan
atau Antarmuka Keluaran
            Sebagaimana pada antarmuka masukan,
keluaran juga membutuhkan antarmuka yang   
sama  yang  digunakan 
untuk  memberikan  perlindungan 
CPU  dengan peralatan eksternal,
sebagaimana ditunjukkan pada gambar I.3 Cara kerjanya juga sama,  yang 
menyalakan  dan  mematikan 
LED  didalam  optoisolator 
sekarang adalah   CPU,   sedangkan  
yang   membaca   status        photo  transistor, 
apakah menghantarkan arus atau tidak, adalah peralatan atau piranti
eksternal.
Gambar 2.10 
rangkaian antarmuka keluaran PLC
9.      Jalur
Ekstensi atau Tambahan
            Setiap PLC  biasanya memiliki jumlah masukan dan keluaran
yang terbatas. Jika diinginkan, jumlah ini dapat ditambahkan menggunakan sebuah
modul keluaran dan masukan tambahan (I/O expansion atau I/O extension module).
7.      Beberapa Penemuan Yang Melandasi Munculnya PLC
Programmable Logic Controller (PLC) sebenarnya telah ditemukan sejak
dahulu, banyak ilmuwan terdahulu menemukan suatu alat yang prinsip kerjanya
hampir sama dengan Programmable Logic Controller (PLC). Dan inilah yang
mendasari dari penemuan Programmable Logic Controller (PLC) yang banyak
berkembang saat ini. Programmable Logic Controller (PLC) yang dulunya masih
berupa alat besar dan masih  sederhana
sekali dan pengaplikasian atau kegunaannya masih sedikit. Namun saat ini
pengaplikasian Programmable Logic Controller (PLC) dapat digunakan pada setiap
bidang kehidupan manusia dan bentuknya pun lebih kompleks. Sejarah perkembangan
Programmable Logic Controller (PLC) sesuai dengan tahun penemuannya, antara
lain:
1.       
Float Regulator Mechanicm
            Float Regulator Mechanicm di
Yunani kuno (mirip dengan
air tangki level pengatur flush toilet biasa) [300-1BC] untuk mengatur jam air dan pembuluh anggur.
Yaitu penggunaan umpan balik pada alat tersebut, untuk mengatur sistem ternyata
mempunyai asal usul yang menarik. Penerapan pertama pengaturan berumpan balik
lahir pada pengembangan mekanisme yang mengatur pelampung mulai dari kira-kira
300 SM sampai 1 Masehi di Yunani. Contohnya adalah Jam air Ktesibosis juga
menggunakan suatu regulator penampung. Lampu minyak yang dibuat Philon
kira-kira pada tahun 250 SM menggunakan pengaturan pelampung untuk
mempertahankan permukaan minyak lampu yang sama. Berikut ini adalah gambar
engaplikasian dari float regulator mechanicm.
Gambar 2.11
pengembnagan float regulator mechanicm
Heron dari Alexandria, yang hidup pada abad
pertama masehi, yang menyinggung garis besar beberapa bentuk mekanisme pengatur
permukaan air dengan memanfaatkan regulator penampung.
2.     
Cikal Bakal Mesin Uap dan Presser Cooker
           Dennis
Papin (1647 – 1712)Pada tahun 1679 seorang fisikawan, ahli matematika, dan
penemu berkebangsaan Prancis menemukan suatu alat yang dinamakan steam digester
yang menjadi cikal bakal ditemukannya mesin uap dan presser cooker (panci masak
bertekanan). Penemuan tersebut ia kerjakan bersama–sama dengan rekannya yang
bernama Robert Boyle, seorang filusuf, fisikawan, kimiawan, penemu, dan ilmuan
berkebangsaan Irlandia.
Alat ini berbentuk seperti sebuah wadah dengan penutup
yang digunakan untuk menghasilkan uap bertekanan. Untuk menjaga agar alat
tersebut tidak meledak, Papin melengkapi penemuannya tersebut dengan katup yang
dapat bergerak naik turun sebagai tempat pembuangan uap untuk mengatur tekanan
didalam wadahnya. Selain itu Papin juga mengembangkan mesinnya dengan
menambahkan torak di bagian atas silinder yang tertutup yang akan bergerak naik
dan turun sesuai dengan teori yang ditemukan oleh Giovanni Battista della
Porta. Konsep inilah yang kemudian mengawali ditemukannya mesin uap pertama di
dunia yang menggunakan piston dan silinder mesin.
A =
Tungku pembakaran
B =
Bejana
C  = Tutup bejana
D  = Baut pengencang
E  = Katup
F   = Penyanggah tutup bejana
G  = Batang beban
H  = Penutup tungku
                  W = Beban
Gambar 2.12
cikal bakal mesin uap
3.   
Centrifugal Governor
           Karya
pertama yang penting dalam perkembangan awal teori kendali adalah centrifugal
governor oleh James Watt untuk mengontrol kecepatan mesin uap pada abad ke-18.
Pada awalnya ia tertarik dengan mesin uap karena memperhatikan mesin uap buatan
Newcome yang kurang efisien. Kemudian ia melakukan penelitian dan percobaan,
dan akhirnya ia berhasil menciptakan mesin uap yang efisien yang berdasarkan
teorinya sendiri yaitu centrifugal governor. Centrifugal governor bekerja
berdasarkan momen inersia yang timbul karena terjadinya percepatan sudut. Pada
dasarnya governor dalam keadaan seimbang bila gaya sentrifugal  yang besar
yang dicapai pada awal sleve dengan putaran dan sudut yang dibentuk oleh kedua
lengan governor sebelum konstan. 
           Perbedaan mendasar dari mesin James
Watt ini dengan mesin milik Thomas Newcomen adalah pada letak kondensor yang
digunakan. Jika pada mesin Newcomen ruang untuk mengkondensasikan uap menyatu
dengan silinder kerja, maka pada mesin James Watt ruang untuk mengkondensasikan
uap terpisah dari silinder. Selain itu mekanisme penggerak torak dari mesin
James Watt menggunakan gerakan putar dari roda penggerak yang berputar, tidak
seperti pada mesin Newcomen yang menggunakan gerakan translasi (bolak-balik)
dari pompa air. 
Keterangan :
C = Silinder uap          
m  = tuas aliran masuk uap
E = Katup pembuangan uap
H  = penyambung poros engkol ke 
balok
N  = Pompa air
O  = poros engkol
Q  = Regulator (Govenor)
P   = Torak
R  = Batang pompa udara
T   = Katup input uap
g   = link yang menghubungkan piston dan balok  melaui gerakan paralel gdc
Gambar 2.13  centrifugal
governor
4.      Pilot Otomatis (Autopilot)
           Pilot
otomatis (autopilot) adalah
sistem mekanikal, elektrikal, atau hidraulik yang memandu sebuah kendaraan tanpa campur tangan dari manusia. Umumnya pilot otomatis dihubungkan dengan pesawat, tetapi pilot otomatis juga digunakan di kapal dengan
istilah yang sama. Dalam masa-masa awal transportasi udara, pesawat udara
membutuhkan perhatian terus menerus dari seorang pilot agar
dapat terbang dengan aman. Hal ini membutuhkan perhatian yang sangat tinggi
dari awak pesawat dan mengakibatkan kelelahan. Sistem pilot otomatis diciptakan
untuk menjalankan beberapa tugas dari pilot.Sistem pilot otomatis pertama
diciptakan oleh Sperry Corporation tahun 1912. Lawrence Sperry (anak
dari penemu ternama Elmer Sperry)
mendemonstrasikannya dua tahun kemudian pada 1914 serta
membuktikan kredibilitas penemuannya itu dengan menerbangkan sebuah pesawat
tanpa disetir olehnya.
          Pilot otomatis menghubungkan indikator ketinggian menggunakan giroskop dan kompas
magnetik ke rudder, elevator dan aileron.
Sistem pilot otomatis tersebut dapat menerbangkan pesawat secara lurus dan rata
menurut arah kompas tanpa campur tangan pilot, sehingga mencakup 80% dari
keseluruhan beban kerja pilot dalam penerbangan secara umum. Sistem pilot
otomatis lurus-dan-rata ini masih umum sekarang ini, lebih murah dan merupakan
jenis pilot otomatis yang paling dipercaya. Sistem tersebut juga memiliki
tingkat kesalahan terkecil karena kontrolnya yang tidak rumit. Pada awal
1920-an, tanker Standard Oil J.A
Moffet menjadi kapal pertama yang menggunakan pilot otomatis.
Gambar 2.14 
rancangan auto pilot oleh sperry
5.    Servomechanisem
Servomekanik
           Hazen sekitar tahun 1934 menemukan
sebuah kontrol posisi yang menggunakan sistem servomechanisem servomekanik
dimana servo adalah  sebuah device otomatis yang menggunakan error dari
sinyal feedback untuk mengkoreksi performa dari mekanisme. Servomechanism disingkat servo
adalah suatu device yang digunakan untuk memberikan kontrol mekanik pada
jarak. Servomotor mempunyai keluaran shaft (poros). Poros ini dapat
ditempatkan pada posisi sudut spesifik dengan mengirimkan sinyal kode pada
saluran kontrol servomotor. Selama sinyal kode ada di saluran kontrol, servo
akan tetap berada di posisi sudut poros. Bila sinyal kode berubah, posisi sudut
poros berubah. Aplikasi servo banyak ditemui pada radio control pesawatterbang
model (aeromodelling), mobil radio control, boneka mainan, dan
tentunya robot. 
Gambar 2.15 pengembangan servo mekanisme
6.      Mikroprosesor
           Pada tahun 1969 tim insinyur jepang
dari sebuah perusahaan BUSICOM datang ke Amerika Serikat memesan beberapa buah
IC untuk membuat kalkulator.Mereka datang ke Perusahaan INTEL dan Marcian Hoff
adalah orang yang dapat melayani permintaan itu. Sebab ia adalah orang yang
berpengalaman bekerja di bidang komputer. Marcian Hoff memberi saran agar
digunakannya IC yang bekerja berdasarkan program sehingga menjadi lebih
sederhana. Gagasan MarcianHoff ini berhasil dan mikroprosesor pertama kali
lahir. Untuk mewujudkangagasan ini Marcian Hoff dibantu oleh Frederico Faggin.
Dalam waktu sembilan bulan mereka sukses dan INTEL memperoleh hak-hak atas
penjualan temuan IC itu.
Gambar 2.16 salah satu mikrokontroller yang
berkembang saat ini (intel 4004)
8.      Perkembangan PLC Omron
Berikut ini studi kasus dari pemilihan PLC Omron. PLC Omron memiliki
jenis PLC yang sangat bervariasi  dari sisi fungsionalitas dan  kemampuannya.
Gambar 9.1  menunjukkan tipe – tipe PLC dari pertimbangan kedua hal tersebut.
PLC Omron terbagi menjadi 3 kelompok :
Micro,
CJ1, dan CS1. Ketiganya tampak pada
Gambar 9.2.
Gambar 2.17 Tipe – tipe PLC Omron dalam grafik
Sumber : OMRON, Programmable Controllers, (OMRON : 2004)
Gambar 2.18  Tipe – tipe PLC Omron dalam gambar
(lanjutan)
Sumber : OMRON, Programmable
Controllers, (OMRON : 2004)
Gambar 2.19 Tipe –
tipe PLC Omron dalam gambar
Sumber : OMRON, Programmable
Controllers, (OMRON : 2004)
Misalkan sistem kita cukup kecil dan hanya membutuhkan micro PLC dari Omron maka berikut ini hal – hal yang harus kita pertimbangkan.
1.   Jumlah base I/O
(belum diekspansi) yang dimiliki PLC
Gambar 2.20  Micro PLC berdasar jumlah base I/O
Sumber : OMRON, Programmable
Controllers, (OMRON : 2004)
2.  Bentuk PLC : brick (compact), modular, board.
Bentuk ini juga memberi pengaruh
pada fitur – fitur hardware dan software dari PLC
tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatikan katalog dengan
baik.
Gambar 2.21  Macam – macam bentuk micro PLC Omron
Sumber : OMRON, Programmable
Controllers, (OMRON : 2004)
3. Kelengkapan (fitur – fitur) sistem
Berikut ini contoh pemilihan PLC dari
fitur – fitur sistem yang dimiliki. Pada gambar
Gambar 9.6 ditampilkan penggambaran yang lebih jelas
lagi dari katalog PLC
Omron.
Gambar 2.22 Overview fitur – fitur micro
 PLC Sumber : OMRON, Programmable Controllers,
(OMRON : 2004)
Tabel
2.1  Fitur – fitur micro
PLC detail
Tabel
2.2  Fitur – fitur micro
PLC detail
(lanjutan)
Sumber : OMRON, Programmable
Controllers, (OMRON : 2004)
9.      Jenis Jenis PLC
PLC memiliki beberapa jenis yaitu:
·      
Small /
mikro yaitu PLC yang paling sederhana dengan power suplly modul, CPU, dan I/O
modul dan communication port dalam satu casing, biasanya dibatasi dengan
beberapa I/O discrete dan dapat diekspansi. Contoh jenis ini adalah Omron CP1H,
Siemens S7-200, Fuji Electric SPB
Gambar 2.23 Omron
CP1H
·      
Medium
PLC memiliki modul CPU, I/O ataupun communication yang terpisah, antar modul
dihubungkan konektor atau backplane dan memiliki kapasitas hingga lebih dari
2000 I/O. Contoh jenis ini adalah Omron CS1, Siemens S7-300
Gambar 2.24 Omron CS1
·      
Large
PLC dengan ciri yang sama dengan medium PLC tetapi memilki kapasitas I/O yang
besar dan lebih mampu untuk dihubungkan dengan manajemen pengontrolan yang
lebih tinggi. Contoh jenis ini adalah Omron CVM1, Siemens S7-400
Gambar 2.25. Omron
CVM1
JENIS
INPUT/OUTPUT (I/O)
Jenis I/O pada PLC antara lain
1.     
Discrete
I/O yaitu digital input dan output berbentuk logic dengan taraf high 24VDC atau
low 0V atau berupa output kontak relay yang dapat dialiri sampai 240VAC
2.     
Special
I/O yaitu I/O yang memiliki fungsi – fungsi khusus
a.     
Analog
Input Modul
b.     
Temperatur
Modul yaitu PT100 atau thermocouple(low level analog input)
c.      
High
Speed Counter Modul yaitu frekuensi logic dengan taraf high umumnya 5V, 12V
atau 24V.
d.     
Fuzzy
Logic Modul
e.     
PID
Modul
f.       
Servo
Modul
g.     
Communication
modul berupa protocol yang dibuat oleh masing-masing pabrikan misalnya
Fieldbus, Modbus, Profibus, Ethernet, Sysmac way, Device Net, Control Net
Gambar 2.26 Modbus
10.  Perkembangan PLC Dari Berbagai Vendor
Dewasa ini, vendor-vendor PLC umumnya memproduksi PLC dengan berbagai
ukuran, jumlah input/output, instruksi dan kemampuan lainnya yang beragam. Hal
ini pada dasarnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang sangat luas,
yaitu untuk tujuan kontrol yang relatif sederhana dengan jumlah input/output
puluhan, sampai kontrol yang kompleks dengan jumlah input/output mencapai
ribuan. Berdasarkan jumlah input/output yang dimilikinya ini, secara umum PLC
dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar:
\      
PLC
Mikro. PLC ini dapat dikategorikan mikro jika jumlah input/output pada PLC
ini kurang dari 32 terminal.
\      
PLC
Mini. Kategori ukuran mini ini adalah jika PLC tersebut memiliki jumlah
input/output antara 32 sampai 128 terminal.
\      
PLC
Large. PLC ukuran ini dikenal juga dengan PLC tipe rack. PLC dapat
dikategorikan sebagai PLC besar apabila jumlah input/outputnya lebih dari 128
terminal.
Fasilitas, kemampuan, dan fungsi yang tersedia
pada setiap kategori tersebut pada umumnya berbeda satu dengan lainnya. Semakin
sedikit jumlah input/output pada PLC tersebut maka jenis instruksi yang
tersedia juga semakin terbatas. Beberapa PLC bahkan dirancang semata-mata untuk
menggantikan control relay saja,
seperti PLC merek ZEN produksi perusahaan OMRON dirancang khusus untuk fungsi-fungsi
relai (smart relay) saja.  
Gambar 2.27 Pengelompokan Plc berdasarkan I/O nya
Gambar 2.28. PLC merek ZEN produksi OMRON dirancang semata matasebagai smart relay
Untuk menambah fleksibilitas penggunanya,
terutama untuk mengantisipasi perkembangan dan perluasan sistem kontrol pada
aplikasi tertentu, PLC dengan ukuran mini dan besar umumnya dirancang bersifat
modular. Artinya, unit input/output PLC berupa modul-modul yang terpisah dari
rack atau unit CPU. Unit input/output ini dapat berupa unit input/output
diskret, atau modul-modul analog seperti unit kontrol PID, A/D, D/A, dan lain
sebagainya yang dapat dibeli secara terpisah dari unit CPU PLC tersebut. 
Gambar 2.29
PLC tipe rack yang bersifat modular
11.  Kekurangan Dan Kelebihan PLC
       Sebagai salah
satu alat
kontrol yang  dapat  di 
program, PLC  mempunyai banyak
kelebihan dibandingkan dengan alat control konvensional. Perbedaan dan kelebihan PLC dibanding dengan system konvensional, terletak pada beberapa hal berikut ini. Sistem PLC mempunyai sifat:
1.      Sistem wirring relatif sedikit.
2.      pare partnya mudah didapat.
3.      Sistem maintenance lebih mudah dan sederhana.
4.      Pelacakan sistem, kesalahan sistem lebih sederhana.
5.      Hanya memerlukan daya yang rendah.
6.      Dokumentasi gambar sistem lebih sederhana dan mudah dimengerti.
7.      Sistem dapat dimodifikasi secara lebih mudah dan sederhana.
Panel kontrol sistem konvensional mempunyai sifat:
1.      Sistem wirringnya lebih kompleks.
2.      Spare partnya relatif sulit di dapat.
3.      Maintenance membutuhkan waktu lebih lama.
4.      Pelacakan kesalahan sistem yang terjadi sangat kompleks.
5.      Daya yang dibutuhkan relatif besar.
6.      Dokumentasi gambar sistem lebih banyak.
7.      Modifikasi sistem membutuhkan waktu yang banyak.
Di  samping
 mempunyai
 perbedaan
 dengan
 sistem  kontrol
 konvensional,  secara
spesifik PLC memiliki beberapa kelebihan di antaranya:
a.   Fleksibel dalam penggunaan
Satu buah PLC dapat melayani lebih dari
satu buah mesin atau output yang harus dikendalikan.
b.   Sistem deteksi dan koreksi lebih mudah
Kesalahan dalam menginput program ke dalam sebuah PLC sebuah sistem kontrol dapat dengan mudah dan cepat dikoreksi
untuk diprogram ulang dan dikoreksi dengan mudah melalui ladder diagramnya.
c.   Harga relatif murah
Karena sifat PLC yang dapat dihubungkan
dengan banyak peralatan input dan
output untuk berbagai macam tujuan pengendalian maka PLC lebih murah harganya jika dibanding dengan alat kontrol konvensional. Hal ini terutama jika
dibutuhkan pengembangan dalam suatu sistem pengendalian di industri.
d.   Proses pengamatan secara visual
Program  yang
 telah
 di
 input
 melalui  PLC  dapat
 di
 monitoring  melalui  layar monitor pada saat PLC sedang dioperasikan
sehingga dapat dilakukan
perubahan atau pengembangan program secara cepat dan sederhana.
e.   Kecepatan dalam operasi
PLC dapat mengaktifkan beberapa fungsi logika hanya dalam waktu beberapa mili detik sehingga dapat bekerja atau beroperasi dengan lebih cepat.
e.      Implementasi proyek lebih cepat, lebih sederhana dan mudah dalam penggunaan serta mudah dalam melakukan modifikasi tanpa harus
menambah biaya.
12.  Standar Bahasa PLC
PLC memiliki bermacam-macam
bahasa program yang sangat banyak. Standar 
terakhir (IEC 1131-3)
/International Electrotecnic Comminssion, bisa diakses di 
http://www.plcopen.org/default.htm ) berusaha untuk menggabungkan bahasa
pemrograman PLC dibawah satu standar internasional. Sekarang bisa dijumpai
PLC-PLC yang diprogram dalam diagram fungsi blok, daftar instruksi, C dan teks
terstruktur pada saat bersamaan.
Standart tersebut adalah sebagai berikut:
A. Ladder Diagram (Diagram Tangga)
Adalah bahasa pemrograman yang yang dibuat dari
persamaan fungsi logika dan fungsi-fungsi lain berupa pemrosesan data atau
fungsi waktu dan pencacahan.
Ladder diagram terdiri dari susunan kontak- kontak dalam satu group perintah secara horizontal dari kiri ke kanan, dan terdiri dari banyak group perintah secara verikal. Contoh dari Ladder Diagram ini adalah: kontak normaly open, kontak normaly close, output coil, pemindahan data
Ladder diagram terdiri dari susunan kontak- kontak dalam satu group perintah secara horizontal dari kiri ke kanan, dan terdiri dari banyak group perintah secara verikal. Contoh dari Ladder Diagram ini adalah: kontak normaly open, kontak normaly close, output coil, pemindahan data
Garis vertikal paling kiri dan paling kanan
diasumsikan sebagai fungsi tegangan, bila fungsi dari group perintah
menghubungkan 2 garis vertikal tersebut maka rangkaian perintah akan bekerja
Gambar 2.30. Ladder Diagram
B. Function Block Diagram (FB/FBD)
Function block diagram adalah suatu fungsi-fungsi
logika yang disederhanakan dalam gambar blok dan dapat dihubungkan dalam suatu
fungsi atau digabungkan dengan fungsi blok lain
Gambar 2.31 Function Block Diagram
C. Statment List (STL)
Adalah bahasa program jenis tingkat rendah.
Intruksi yang dibuat berupa susunan sederhana menuju ke operand yang berupa
alamat atau register. Berikut ini contoh Statement List
Gambar 2.32
Statment List
D. Structured Tex (ST) atau Structure Language (SCL)
Teks terstruktur merupakan bahasa tingkat tinggi
yang dapat memproses system logika ataupun alogaritma dan memungkinkan
pemrosesan system lain. Perintah umumnya menggunakan IF…THEN…ELSE, WHILE…DO,
REPEAT…UNTIL dll. Contoh Text testruktur (ST)
Gambar 2.33 Structured Tex
E. Sequential Function Chart (SFC)
Bahasa Program yang dibuat dan disimpan dalam
chart. Bagian-bagian chart memiliki fungsi urutan langkah , transisi dan percabangan.
Tiap step memiliki status proses dan bisa terdiri dari struktur yang berurutan
 
 
Gambar 2.34 Sequential Function Chart